Bukti Syi'ah Bukan Islam, tipu daya Syi'ah , bahaya Syi'ah , Syi’ah aliran sesat, hakikat Syi’ah, kufurnya Syi’ah, Syi’ah agama kafir, Perbedaan Islam dan Syi'ah.
Kebanyakan kaum muslimin mengira Syi'ah
hanyalah khilafiyah atau salah satu madzhab seperti madzhab-madzhab
yang umumnya dianut oleh kebanyakan kaum muslimin di Indonesia seperti
Syafi'i, Hambali, Maliki dan Hanafi. Padahal MUI juga telah mengeluarkan fatwa bahwa Syi’ah adalah agama kafir ( download fatwa MUI tentang Syi'ah ). Simaklah perbedaan berikut antara Islam dengan Syi'ah.
1. Pembawa Agama Islam adalah Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.1. Pembawa Agama Syi’ah adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ Al Himyari.
[Majmu' Fatawa, 4/435]
2. Rukun Islam menurut agama Islam:
- Dua Syahadat
- Shalat
- Puasa
- Zakat
- Haji
2. Rukun Islam ala agama Syi’ah:
- Shalat
- Puasa
- Zakat
- Haji
- Wilayah/Kekuasaan
3. Rukun Iman menurut agama Islam ada 6 perkara, yaitu:
- Iman Kepada Allah
- Iman Kepada Malaikat
- Iman Kepada Kitab-Kitab
- Iman Kepada Para Rasul
- Iman Kepada hari qiamat
- Iman Kepada Qadha Qadar.
- Tauhid
- Kenabian
- Imamah
- Keadilan
- Qiamat
4. Kitab suci kaum Syi’ah Mushaf Fathimah yang berjumlah 17.000 ayat (lebih banyak tiga kali lipat dari Al Qur’an milik kaum Muslimin).
[Lihat kitab mereka Ushulul Kafi karya Al Kulaini 2/634]
5. Adzan menurut Agama Islam:
- (Allōhu akbar) 4 kali
- (Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali
- (Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali
- (Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali
- (Hayya ‘alal falāh) 2 kali
- (Allōhu akbar) 2 kali
- (Lā ilāha illallōh) 1 kali
- Lihat Video Adzan Agama Islam
- (Allōhu akbar) 4 kali
- (Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali
- (Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali
- (Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyullōh) 2 kali
- (Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali
- (Hayya ‘alal falāh) 2 kali
- (Hayya ‘alā khoiril ‘amal) 2 kali
- (Allōhu akbar) 2 kali
- (Lā ilāha illallōh) 2 kali
- Lihat Video Adzan Agama Syiah
6. Agama Syi’ah meyakini bahwa shalat diwajibkan hanya pada 3 waktu saja.
7. Islam meyakini bahwa shalat Jum’at hukumnya wajib. [QS Al Jumu'ah:9]
7. Agama Syi’ah meyakini bahwa shalat jum’at hukumnya tidak wajib.
8. Islam menghormati seluruh sahabat Rasulullah dan meyakini mereka orang-orang terbaik yang digelari Radhiallohu ‘Anhum oleh Allah. [QS At Taubah 9:100]
8. Agama Syi’ah meyakini bahwa seluruh sahabat Rasulullah telah kafir (Murtad) kecuali Ahlul Bait (versi mereka), salman Al Farisi, Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari.
[Ar Raudhoh Minal Kafi Karya Al Kulaini 8/245-246]
9. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik dari umat ini setelah Rasulullah, kemudian setelahnya Umar bin Al Khatthab, lalu Utsman bin ‘Affan, lalu ‘Ali bin Abi Thalib.
9. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang terbaik setelah Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib, adapun Abu Bakar dan Umar bin Al Khatthab adalah dua berhala Quraisy yang terlaknat.
[Ajma'ul Fadha'ih karya Al Mulla Kazhim hal. 157].
10. Islam meyakini bahwa Abu bakar adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah.
10. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib.
11. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah khalifah pertama yang sah.11. Agama Syi’ah memposisikan Abu Bakar sebagai perampas kekhalifahan dari ‘Ali bin Abi Thalib
12. Islam meyakini bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Amr bin Al ‘Ash, Abu Sufyan termasuk sahabat Rasulullah
12. Agama Syi’ah meyakini bahwa mereka pengkhianat dan telah kafir (Murtad) dari Islam.
13. Tata shalat agama Islam Lihat Videonya
13. Tata shalat agama Syiah Lihat Videonya
Perhatian: Semua yang kami sampaikan ini bersumberkan dari kitab-kitab yang mereka jadikan rujukan dan sebagiannya dari situs resmi mereka.
Lihat video Lainnya tentang Kesesatan syiah videosyiah.com
Semoga tulisan tentang Bukti Syi'ah Bukan Islam yang singkat ini bisa menyadarkan kaum muslimin akan bahaya Syi’ah dan Syi’ah adalah agama kafir (Sumber)
Ketika Umat Islam Dibantai Syi’ah
Ketika
Ummat Islam di Suriah dibantai rezim Syi’ah, dan ketika Ummat Islam di
Iran dibantai dan mengalami perlakuan diskriminatif oleh para penguasa
Syi’ah, saat itu pula di Indonesia misionaris Syi’ah leluasa
menjajakan paham sesatnya di radio, surat kabar, televisi, hingga ke
perguruan tinggi Islam seperti UIN dan IAIN.
Kalangan
Syi’ah itu tidak perlu menunggu jadi mayoritas lebih dulu untuk
menjadi penguasa di suatu kawasan, karena dalam posisi sebagai
minoritas pun mereka bisa merebut kekuasaan dari tangan kaum Sunni
(Ahlus Sunnah wal Jama’ah). Salah satu sebabnya, mereka ditopang
kekuatan negara-negara kafir yang memusuhi Islam.
Itulah
sebabnya, meski di Indonesia penduduk berpaham Syi’ah merupakan
minoritas, namun mereka terlihat berani, tidak lagi malu-malu dan tidak
lagi berta’qiyah. Kasus Sampang yang terjadi pada 29 Desember 2011
lalu, menunjukkan hal itu. Secara akal, bila tidak ada kasus Sampang,
boleh jadi kewaspadaan Ummat Islam terhadap gerakan Syi’ah yang sudah
sedemikian berani dan nekat, tidak bangkit ke permukaan.
ADA FENOMENA
yang paradoks, ketika Ummat Islam di Suriah dibantai rezim Bashar
Assad (kelahiran Damaskus, 11 September 1965) yang berpaham Syi’ah
Nushairiyah; dibantai di Iran yang merupakan pusatnya paham sesat
Syi’ah, bahkan di Teheran ibukota Iran tidak ada satu pun masjid Sunni
(Ahlus Sunnah wal Jama’ah); di Indonesia yang konon berpaham Ahlussunnah
wal jama’ah ini, para misionaris Syi’ah justru leluasa
mempropagandakan bahwa Syi’ah itu bagian dari Islam, atau merupakan
salah satu madzhab dalam Islam.
Para
misionaris Syi’ah itu seolah tidak terusik oleh fakta kekejaman
kalangan Syi’ah di Suriah dan di Iran yang membunuhi Ummat Islam. Para
misionaris itu tetap saja menjajakan kebohongan bahwa Syi’ah dan
ahlussunnah wal jama’ah itu sama-sama Islam yang layak hidup
berdampingan, jangan membesar-besarkan perbedaan, Syi’ah itu Islam
juga, tuhannya Allah, nabinya Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
dan sebagainya. Padahal iblis juga mengakui Allah adalah Dzat Yang Maha
Kuasa. Namun iblis mengingkari perintah Allah dan wahyu-Nya yang
disampaikan kepada Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Artinya,
dari segi tauhid, iblis justru terlihat lebih baik dari kalangan
Ahmadiyah yang menjadikan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah
Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam; juga lebih baik dari
sekte Syi’ah bathiniyah yang mempertuhankan Ali bin Abi Thalib ra.
Salah satu materi bid’ah yang diprakarsai Syi’ah bathiniyah adalah
peringatan maulid Nabi. Di Indonesia, peringatan maulid Nabi menjadi
program “wajib” di kalangan yang menyebut dirinya ahlussunnah wal
jama’ah. Bahkan, mereka tidak hanya ‘mewajibkan’ peringatan maulid,
tetapi mencibir Ummat Islam yang menolak peringatan maulid dengan
sebutan wahabi.
Fakta kekejaman
penguasa Syi’ah di Suriah dapat diperoleh dari Wahid Shaqr. Menurut
juru bicara Gerakan Perubahan Nasional Suriah ini, selama satu tahun
revolusi Suriah berlangsung, lebih dari 15 ribu warga sipil muslim
Suriah gugur oleh serangan militer rezim Bashar Assad. Sebelumnya,
menurut ustadz Ghiyath Abdul Baqi Asyuraiqi asal Suriah ketika
berkunjung ke Indonesia Februari lalu, sejak revolusi yang terjadi pada
15 Maret 2011, rezim Syi’ah Nushairiyah Bashar Assad menghancurkan
wilayah pemukiman penduduk Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) dengan
tank, roket, dan serangan bom.
Bahkan
serangan militer yang brutal itu juga ditujukan kepada sejumlah masjid
yang di dalamnya masih berlangsung pelaksanaan ibadah shalat. Akibat
serangan itu, selama satu tahun revolusi, terdapat belasan ribu Ummat
Islam tewas di tangan rezim Syi’ah ini, sedangkan sekitar 5.000 jiwa
lebih lainnya menderita luka-luka serius hingga ringan.
Masih
menurut ustadz Ghiyath Abdul Baqi Asyuraiqi, Ummat Islam yang lolos
dari lubang maut serangan brutal tersebut, dimasukkan ke dalam penjara.
Jumlahnya mencapai 100.000 lebih. Sebagian lainnya mengungsi ke
Lebanon, Turki, Jordan, Arab Saudi dan negara-negara lainnya, yang
jumlahnya mencapai lebih dari 500 ribu jiwa.
Di
Suriah, komunitas Syi’ah adalah minoritas. Ketika mereka menguasai
kekuatan politik dan militer, maka warga Islam Sunni (Ahlus Sunnah wal
Jama’ah) yang jumlahnya mencapai 80 persen dari total penduduk Suriah
yang mencapai 20 juta jiwa ini pun menjadi sasaran pembantaian. Menurut
catatan, sekitar 10 persen penduduk Suriah adalah penganut Syi’ah
Nushairiyah (yang sedang berkuasa), lima persen Syi’ah bathiniyah, dan
lima persen lainnya penganut Nashrani.
Jadi,
kalangan Syi’ah itu tidak perlu menunggu jadi mayoritas lebih dulu
untuk menjadi penguasa di suatu kawasan, karena dalam posisi sebagai
minoritas pun mereka bisa merebut kekuasaan dari tangan kaum Sunni
(Ahlus Sunnah wal Jama’ah). Salah satu sebabnya, mereka ditopang
kekuatan negara-negara kafir yang memusuhi Islam.
Itulah
sebabnya, meski di Indonesia penduduk berpaham Syi’ah merupakan
minoritas, namun mereka terlihat berani, tidak lagi malu-malu dan tidak
lagi berta’qiyah. Kasus Sampang yang terjadi pada 29 Desember 2011
lalu, menunjukkan hal itu. Kalau tidak ada kasus Sampang, boleh jadi
kewaspadaan Ummat Islam terhadap gerakan Syi’ah yang sudah sedemikian
berani dan nekat, tidak bangkit ke permukaan.
Dari Radio Sampai UIN IAIN
Gerakan
Syi’ah tidak melulu berupa program terstruktur dari sebuah lembaga
berbadan hukum yang jelas-jelas menyatakan dirinya Syi’ah, tetapi bisa
disisipkan di lembaga-lembaga yang terlanjur diidentifikasi sebagai
lembaga bukan Syi’ah oleh masyarakat. Misalnya, di Radio Silaturahim (Radio Rasil) yang memposisikan diri sebagai radio dakwah Islam, ternyata di sebagian acaranya, ada propaganda paham sesat Syi’ah. Terutama acara yang dibawakan oleh ustadz Husen Alatas dan ustadz Zen Al-Hady.
Di sejumlah masjid yang secara kultural lebih dekat ke NU (Nahdlatul Ulama), ada kalanya bisa ditemukan materi khotbah Jum’at
yang mengandung propaganda paham sesat Syi’ah, dan hal tersebut tidak
disadari oleh jama’ah maupun pengurusnya. Begitu juga dengan televisi RI maupun
swasta, karena pemilik dan pengelola program keagamannya awam, maka
mereka seringkali tidak menyadari sedang ditunggangi oleh para
misionaris Syi’ah untuk mengkampayekan paham sesat Syi’ah. Bahkan TVRI
beberapa tahun yang lalu pernah kecolongan selama Ramadhan menyiarkan
materi Syi’ah, sehingga pihak MUI (Majelis Ulama Indonesia) menurut
salah seorang ketua MUI, menyatakan keberatannya.
UIN
alias IAIN yang selama ini suka disebut sebagai lembaga pendidikan
tinggi Islam yang juga melahirkan paham liberal bahkan neo-komunisme,
juga bisa dirasakan adanya gerakan Syi’ah di dalamnya. Misalnya, melaui
sejumlah disertasi maupun tesis yang berbau Syiah. Bahkan, ada
disertasi dan tesis yang justru mempromosikan konsep Nikah Mut’ah ynag
sudah diharamkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Misalnya,
salah satu tesis karya Munawar, SHI dari IAIN/UIN Sunan Kalijaga
Jogjakarta, 13 Desember 2006, berjudul Nikah Mut’ah Sebuah Alternatif
Solusi Perzinaan. Dari UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, setidaknya bisa
ditemui belasan karya tulis (tesis dan disertasi) yang berbau Syi’ah.
Di UIN Alaudin Makassar, bisa ditemui sekitar lima karya tulis yang
berbau Syi’ah. (lihat, Astaghfirullah… Sejumlah disertasi dan tesis di UIN IAIN Indonesia berbau Syiah, bahkan ada yang promosi Nikah Mut’ah)
Menurut
informasi Nugon di suatu milis yang anggotanya para intelektual Muslim
di dalam negeri maupun luar negeri, di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, pada masa tertentu yang namanya tesis atau skripsi harus
cenderung kepada paham Mu’tazilah, Syi’ah atau Sepilis. “Kalau lurus,
lempeng, ndak laku, sulit di-approved untuk diuji, dan sulit lulus.
Koko ane dulu mengajukan skripsi yang cukup brilian menurut ane, yaitu
perbandingan Shakespeares vs Dongeng 1001 Malam. Mau dibedah dari segi
sastra. Tapi lama sekali tidak ditanggapi oleh dosen pembimbingnya.
Walhasil terpaksa ganti haluan, cari topik skripsi yang ringan-ringan,
baru di-approved.”
Di UIN Alaudin
Makassar, konon tokoh Syi’ah Jalaluddin Rakhmat menempuh program untuk
gelar doctor di sana, namun diprotes oleh para tokoh Islam. Maka dalam
wisuda ke-61 periode Desember 2011, yang berlangsung pada hari Kamis
tanggal 29 Desember 2011, di Auditorium UIN Alauddin Rektor UIN
Alauddin, Prof Dr H A Qadir Gassing HT MS, menjelaskan, UIN Alaudin
Makassar tidak memberi gelar doktor kepada Jalaluddin Rakhmat (Kang
Jalal), namun Kang Jalal sendiri yang mendaftar secara resmi melalui
program doktor by research.
Sikap
petinggi UIN Alaudin Makassar yang toleran dan akomodatif terhadap
Jalaluddin Rakhmat yang selama ini jelas-jelas berpaham Syi’ah
menunjukkan bahwa gerakan Syi’ah memang berani dan terang-terangan.
Selama ini Jalaluddin Rakhmat melalui sejumlah tulisannya mengkafirkan
sahabat Nabi.
Misalnya, dalam
Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari, IJABI Jabar bekerjasama dengan
IJABI Sulsel, Edisi Khusus No. 298. 10 Muharram 1431 H. hal. 3, Kang
Jalal mengatakan bahwa para sahabat merobah-robah agama. Di halaman berikutnya, Kang Jalal mengatakan bahwa para sahabat murtad.
Sedangkan
melalui tulisannya berjudul Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang
Disucikan), Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. hal. 24, Kang Jalal
mengatakan bahwa Muawiyah tidak hanya fasik bahkan kafir, tidak meyakini kenabian. Kemudian di halaman 73, Kang Jalal mengatakan bahwa ia (Muawiyah) bersama dengan Abu Sufyan dan Amr bin ash telah dilaknat oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
***
Begitulah
faktanya, ketika Ummat Islam di Suriah dibantai rezim Syi’ah, ketika
Ummat Islam di Iran dibantai dan mengalami perlakuan diskriminatif oleh
para penguasa Syi’ah, sementara itu di Indonesia misionaris Syi’ah
leluasa menjajakan paham sesatnya di radio, suratkabar, televisi,
hingga ke perguruan tinggi. Ketika tokoh-tokoh penyesat bepaham sesat
Syi’ah kian berani, pantaskah tokoh Islam ahlussunnah wal jama’ah justru cari aman, pura-pura tidak tahu, atau justru berbalik arah mendukung Syi’ah? (Oleh: Hamzah Tede dan Hartono Ahmad Jaiz-Sumber)
Syi'ah Bukan Islam, tapi Ordo Sesat! Kesesatannya Diakui Ulama Dunia, MUI, NU & Depag
YOGYAKARTA
(voa-islam.com) - Majelis Mujahidin (MM) menyesalkan pernyataan oknum
pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Umar Syihab yang menuntut
diakui eksistensinya sebagai penganut agama Islam. Pernyataan ini
memperkeruh suasana dengan mendompleng insiden Sampang (29/12/2011)
sebagai momentum untuk merehabilitasi kesesatan ordo Syi’ah. Demikian
rilis MM yang diterima voa-islam.com, Kamis (5/1/2012).
“Kasus
pembakaran padepokan ordo Syi’ah oleh warga masyarakat Nangkerang,
Sampang, Madura, digunakan sebagai momentum rehabilitasi kesesatan
Syi’ah oleh tokoh-tokoh Syi’ah di Indonesia. Dalam kasus ini, Syi’ah
memposisikan diri sebagai pihak yang teraniaya dan dizalimi, bukan saja
oleh umat Islam tapi juga Negara,” ujar Majelis Mujahidin dalam rilis
yang ditandatangani oleh Al-Ustadz Muhammad Thalib (Amir), Irfan S.
Awwas (Ketua), dan M. Shabbarin Syakur (Sekretaris).
Sebagai
sebuah ordo agama, jelas Thalib, Syi’ah dinyatakan sesat dan bukan
bagian dari Islam, karena keyakinan serta doktrinnya yang menghina Nabi
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para shahabat. Indoktrinasi Syi’ah
menyatakan bahwa: Imam Syi’ah maksum dan derajatnya lebih tinggi dari
Rasulullah, Al-Qur’an yang ada sekarang palsu, para shahabat Nabi
semuanya pendusta karena itu semua hadits shahih dalam kitab hadits
kaum Muslimin dianggap palsu. Dan mereka menganggap para khalifah
selain Ali karramallahu wajhah adalah para perampas kekuasaan kekhalifahan. Dan yang paling menjijikkan, mereka melakukan mut’ah alias kawin kontrak.
Oleh
karena itu, lanjut Thalib, para ulama Islam sepakat memvonis Syi’ah
bukan Islam. Di antara ulama besar yang menyatakan demikian adalah:
Imam Ahmad bin Hambal, Imam Malik, Imam Syafi’i, Al-Bukhari, Abu Hamid
Muhammad Al-Muqaddasi, Ibnu Katsir, Ibnu Taimiyah dll. Abu Zur’ah
Ar-Razi mengatakan: “Bila Anda melihat seseorang mencela salah seorang
shahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka ketahuilah
orang tersebut adalah zindiq. Karena ucapannya itu berakibat
membatalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.”
Selain
itu, Majelis Mujahidin juga mengungkap konsensus lembaga dan ormas
Islam Indonesia yang menyatakan bahwa ajaran Syi’ah sesat dan
menyesatkan. Rakernas MUI 4 Jumadil Akhir 1404 H/7 Maret 1984 M di
Jakarta, MUI telah merekomendasikan perlunya umat Islam bangsa
Indonesia waspada terhadap menyusupnya paham Syi’ah yang memiliki
perbedaan-perbedaan pokok dengan ajaran Islam Ahlu Sunnah (pengikut
Qur’an dan Sunnah).
PBNU pernah
mengeluarkan surat resmi Nomor: 724/A. II. 03/10/1997, 12 Rabiul Akhir
1418 H/14 Oktober 1997 M yang ditandatangani Rais Aam KH. M. Ilyas
Ruhiat dan Katib Aam KH. M. Drs. Dawam Anwar. Mengingatkan kepada
bangsa Indonesia agar tidak terkecoh oleh propagandis-propagandis
Syi’ah, dan perlunya umat Islam bangsa Indonesia mengetahui perbedaan
prinsipil ajaran Syi’ah dengan Islam.
Departemen
Agama RI (sekarang Kemenag RI) telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor:
D/BA. 01/4865/1983, 5 Desember 1983 tentang, “Hal ihwal Mengenai
Golongan Syi’ah” menyatakan bahwa ajaran Syi’ah tidak sesuai bahkan
bertentangan dengan ajaran Islam.
Karenanya,
Majelis Mujahidin menegaskan bahwa Syi’ah adalah bukan Islam tapi ordo
sesat, dan orang yang menyatakan Syi’ah tidak sesat, berarti dia
adalah orang sesat. “Bahwa Syi’ah bukan dari golongan Islam. Siapa saja
yang tidak menganggap Syi’ah sesat berarti dia sesat,” ujar Thalib.
[Desastian - Sumber]
Fatwa MUI Tentang Syi’ah
Majelis
Ulama Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional bulan Jumadil Akhir 1404
H./Maret 1984 M merekomendasikan tentang faham Syi’ ah sebagai berikut
:
Faham Syi’ah sebagai salah
satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai
perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal
Jamm’ah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia.
Perbedaan itu di antaranya :
- Syi’ah menolak hadis yang tidak diriwayatkan oleh Ahlu Bait, sedangkan Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu mustalah hadis.
- Syi’ah memandang “Imam” itu ma ‘sum (orang suci), sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan).
- Syi’ah tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya “Imam”, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ ah mengakui Ijma’ tanpa mensyaratkan ikut sertanya “Imam”.
- Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/pemerintahan (imamah)
adalah termasuk rukun agama, sedangkan Sunni (Ahlus Sunnah wal
Jama’ah) memandang dari
segi kemaslahatan umum dengan tujuan keimamahan adalah untuk menjamin dan melindungi da’wah dan kepentingan umat. - Syi’ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar as-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, dan Usman bin Affan, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui keempat Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib).
Mengingat perbedaan-perbedaan
pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti tersebut di
atas, terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah”(pemerintahan)”,
Majelis Ulama Indonesia menghimbau kepada umat Islam Indonesia yang
berfaham Ahlus Sunnah wal Jama’ah agar meningkatkan kewaspadaan
terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah
Ditetapkan : Jakarta, 7 Maret 1984 M
4 Jumadil Akhir 1404 H
KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Sekretaris
Ttd Ttd
Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML H. Musytari Yusuf, LA
(Untuk mendownload, silahkan klik disini )
Pernyataan Pers Majelis Mujahidin: Syi’ah Bukan Islam
KASUS
pembakaran padepokan ordo Syi’ah oleh warga masyarakat Nangkerang,
Sampang, Madura, 29 Desember 2011 lalu, digunakan sebagai momentum
rehabilitasi kesesatan Syi’ah oleh tokoh-tokoh Syi’ah di Indonesia.
Dalam
kasus ini, Syi’ah memosisikan diri sebagai pihak yang teraniaya dan
dizalimi, bukan saja oleh umat Islam tapi juga Negara. Bahkan melalui
berbagai pernyataan simpatisan Syi’ah, mereka menuntut diakui
eksistensinya sebagai penganut agama Islam, seperti dinyatakan salah
seorang pimpinan MUI Pusat, Umar Syihab:
“MUI
tidak pernah menyatakan bahwa Syiah itu sesat. Syiah dianggap salah
satu mazhab yang benar sama halnya dengan ahli sunnah wal jama'ah,
ialah mazhab yang benar, dan kedua mazhab tersebut sudah ada sejak awal
Islam," katanya di sebuah acara TV.
Sebagai
sebuah ordo agama, Syi’ah dinyatakan sesat dan bukan bagian dari
Islam, karena keyakinan serta doktrinnya yang menghina Nabi Shallallahu
'Alaihi wa Sallam dan para shahabat. Indoktrinasi Syi’ah menyatakan
bahwa: Imam Syi’ah maksum dan derajatnya lebih tinggi dari Rasulullah,
Al-Qur’an yang ada sekarang palsu, para shahabat Nabi semuanya pendusta
karena itu semua hadits shahih dalam kitab hadits kaum Muslimin
dianggap palsu. Dan mereka menganggap para khalifah selain Ali karramallahu wajhah adalah para perampas kekuasaan kekhalifahan. Dan yang paling menjijikkan, mereka melakukan mut’ah alias kawin kontrak.
Oleh
karena itu, ulama Islam menyatakan bahwa Syi’ah bukan Islam. Di antara
ulama besar yang menyatakan demikian adalah: 1) Imam Ahmad bin Hambal,
2) Imam Malik, 3) Imam Syafi’i, 4) Al-Bukhari, 5) Abu Hamid Muhammad
Al-Muqaddasi, 6) Ibnu Katsir, 7) Ibnu Taimiyah dll. Abu Zur’ah Ar-Razi
mengatakan: “Bila Anda melihat seseorang mencela salah seorang shahabat
Rasulullah Saw, maka ketahuilah orang tersebut adalah zindiq. Karena
ucapannya itu berakibat membatalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.”
Selain
itu, ormas Islam Indonesia juga menyatakan ajaran Syi’ah sesat dan
menyesatkan. Rakernas MUI 4 Jumadil Akhir 1404 H/7 Maret 1984 M di
Jakarta, MUI telah merekomendasikan perlunya umat Islam bangsa
Indonesia waspada terhadap menyusupnya paham Syi’ah yang memiliki
perbedaan-perbedaan pokok dengan ajaran Islam Ahlu Sunnah (pengikut
Qur’an dan Sunnah).
PBNU pernah mengeluarkan surat resmi Nomor: 724/A. II. 03/10/1997, 12 Rabiul Akhir 1418 H/14 Oktober 1997 M yang
ditandatangani Rais Aam KH. M. Ilyas Ruhiat dan Katib Aam KH. M. Drs.
Dawam Anwar. Mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tidak terkecoh
oleh propagandis-propagandis Syi’ah, dan perlunya umat Islam bangsa
Indonesia mengetahui perbedaan prinsipil ajaran Syi’ah dengan Islam.
Departemen
Agama RI (sekarang Kemenag RI) telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor:
D/BA. 01/4865/1983, 5 Desember 1983 tentang, “Hal ihwal Mengenai
Golongan Syi’ah” menyatakan bahwa ajaran Syi’ah tidak sesuai bahkan
bertentangan dengan ajaran Islam.
Berdasarkan
alasan dan fakta di atas, maka sebagai institusi penegak Syari’ah
Islam, Majelis Mujahidin menyampaikan pernyataan syar’iyah sebagai
berikut:
- Bahwa Syi’ah bukan dari golongan Islam. Siapa saja yang tidak menganggap Syi’ah sesat berarti dia sesat.
- Pemerintah, MUI dan ormas Islam supaya melakukan penelitian tuntas terhadap ajaran-ajaran Syi’ah berdasarkan kitab-kitab induk mereka, tanpa terkecoh dengan perbuatan, aktifitas, maupun taqiyah pengikut Syi’ah. Sehingga perbedaan paham ataupun penyimpangan ajarannya dapat diketahui secara publik.
- Supaya pemerintah segera menyelesaikan kasus pembakaran padepokan ordo Syi’ah di Madura secara menyeluruh dan adil dengan melakukan investigasi secara cermat sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.
- Majelis Mujahidin mengusulkan diadakan perdebatan ilmiah dengan para pentolan Syi’ah, guna menguji pengakuan kebenaran maupun kebatilan ajaran Syi’ah. Jika mereka tidak mau merespon usulan ini, hal itu mengindikasikan adanya iktikad yang tidak baik, menyembunyikan penyimpangan dan permusuhannya terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Jogjakarta, 4 Januari 2012
Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)
No comments:
Post a Comment