“Maka
disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS Ali Imran [3]: 159).
Salah satu ajaran akhlak yang
paling utama bagi seorang Muslim adalah sikap kasih sayangnya. Ini
mengingat Islam merupakan rahmatan lil alamin, agama yang mencurahkan
kasih sayang bagi seluruh alam. Ajaran yang membebaskan manusia dari
jeratan nafsu angkara menuju perdamaian yang menyejukkan.
Sederet
manusia keras telah menjadi palang pintu utama perjuangan syiar setelah
mendapat sentuhan lembut Islam. Antara lain, Umar bin Khathab yang
berjuluk Singa Padang Pasir. Cahaya hidayah
membuat keberaniannya bernilai ibadah di medan juang.
Khalid
bin Walid, sebelum bersyahadat ia adalah lakon penting di balik
kekalahan kaum Muslimin di medan perang Uhud. Tapi, bukan hunusan pedang
yang membuatnya bertekuk lutut, namun kelembutan dakwahlah kemudian
mengubahnya sebagai pejuang Mukmin sejati.
Rasulullah SAW tak
membutuhkan kilatan pedang untuk menundukkan orang yang berhati keras.
Cukup menyiraminya dengan kasih sayang. Pesona kelembutan sanggup
melelehkan hati yang membatu sekalipun.
Yusuf
Ali melukiskan bahwa karena sifat Rasulullah SAW yang begitu lemah
lembut, menyebabkan semua orang menaruh rasa sayang kepadanya. Inilah
salah satu rahmat Allah SWT.
Tak
pernah ada yang lebih berharga bagi Rasulullah SAW daripada sifat yang
lemah lembut penuh kasih sayang, dan kesabaran yang begitu besar
menghadapi kemarahan manusia.
Islam
sangat memerhatikan kecerdasan sosial umatnya. Di manapun berada,
kehadiran seorang Muslim hendaknya menjadi penyejuk yang mendamaikan.
Kedatangannya dinanti dengan penuh harapan, kepergiannya ditunggu untuk
kembali.
Bukankah
agama mulia ini berkembang pesat berkat perilaku santun pemeluknya yang
lekas menarik simpati berupa untaian indah akhlak dan kepedulian tinggi
terhadap lingkungan. Etika sosial sangat dijaga. Harkat kemanusiaan
tetap terpelihara dalam bingkai kasih sayang.
Andai
dikedepankan cara-cara kekerasan, maka betapa banyak lahir barisan yang
rajin memupuk dendam. Keharmonisan menjadi sesuatu yang sulit digapai.
Karena itu, bulan Ramadhan merupakan momentum tepat untuk meningkatkan saling kasih sayang.
No comments:
Post a Comment